Lupakan Sekularisme Kaku: Riset Buktikan Pendekatan Agama dalam Terapi Lebih Efektif untuk Klien Religius
Sebuah tinjauan penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Psychology: In Session mengungkapkan bahwa agama dan spiritualitas memainkan peran penting dalam proses psikoterapi. Studi yang dilakukan oleh Brian C. Post dan Nathaniel G. Wade dari Iowa State University ini menyoroti tiga area utama: perspektif terapis, kebutuhan klien, dan efektivitas intervensi religius/spiritual.
Terapis Lebih Spiritual daripada Religius, tapi Minim Pelatihan
Penelitian menunjukkan bahwa psikolog cenderung lebih sedikit mengidentifikasi diri sebagai orang religius dibandingkan dengan klien yang mereka layani. Sebanyak 35% psikolog menyatakan bahwa agama menjadi dasar hidup mereka, sementara angka tersebut mencapai 72% pada masyarakat umum. Namun, mayoritas psikolog (82%) percaya bahwa agama berdampak positif bagi kesehatan mental.
Sayangnya, pendidikan dan pelatihan mengenai keberagaman religius/spiritual masih sangat minim di program studi psikologi. Hanya 13% program yang menawarkan mata kuliah khusus tentang topik ini. Akibatnya, banyak terapis kurang percaya diri dalam menangani klien dengan latar belakang agama yang berbeda, terutama agama di luar arus utama.
Klien Injak Bahas Agama dan Spiritualitas
Sebaliknya, mayoritas klien justru ingin mendiskusikan isu religius/spiritual dalam terapi. Sebanyak 63% klien merasa topik ini pantas dibahas, dan 55% menyatakan keinginan untuk membicarakannya. Bahkan, 20% klien melaporkan bahwa masalah religius/spiritual menjadi sumber distress yang signifikan dalam hidup mereka.
Harapan klien terhadap terapis juga bervariasi, tergantung pada tingkat konservatisme agama dan pengalaman sebelumnya dengan konseling. Klien dari latar belakang Kristen konservatif, misalnya, lebih mengharapkan intervensi religius seperti doa bersama atau referensi kitab suci.
Intervensi Religius/Spiritual Terbukti Efektif
Meta-analisis terhadap 31 studi intervensi religius/spiritual menunjukkan bahwa pendekatan ini efektif dalam menangani berbagai masalah psikologis, termasuk depresi, kecanduan, dan gangguan makan. Intervensi yang mengajarkan konsep spiritual dan menghubungkannya dengan situasi klien terbukti lebih efektif.
Yang menarik, kesesuaian keyakinan religius antara terapis dan klien tidak menjadi penentu utama keberhasilan. Yang lebih penting adalah kesediaan terapis untuk menghormati keyakinan klien dan menggunakan intervensi yang sesuai dengan nilai-nilai klien, terlepas dari keyakinan pribadi terapis.
Implikasi bagi Praktik Klinis
Berdasarkan temuan ini, para peneliti merekomendasikan agar terapis:
Meningkatkan kesadaran diri akan bias dan nilai-nilai religius/spiritual pribadi.
Melakukan asesmen rutin terhadap keyakinan dan preferensi klien terkait agama/spiritualitas.
Membuka ruang diskusi tentang topik religius/spiritual dengan sikap hormat dan empati.
Mempertimbangkan penggunaan intervensi religius/spiritual yang sesuai dengan nilai klien.
Dengan pendekatan yang sensitif dan terinformasi, terapis dapat lebih efektif mendampingi klien dalam perjalanan penyembuhan mereka, sambil menghormati seluruh aspek identitas—termasuk keyakinan religius dan spiritual.
Referensi:
Post, B.C., & Wade, N.G. (2009). Religion and Spirituality in Psychotherapy: A Practice-Friendly Review of Research. Journal of Clinical Psychology: In Session, 65(2), 131–146.
Tips: Cara Menggunakan Google Search Preview
Untuk menggunakan Google Search Preview di artikel Anda:
Langkah-langkah:
- Klik tombol 'G' di toolbar editor Blogger
- Cari topik terkait artikel Anda
- Pilih hasil yang relevan
- Sisipkan ke dalam artikel
- Edit sesuai kebutuhan
Kata kunci yang direkomendasikan untuk PsikoSpiritual:
- MBTI personality types
- Carl Jung archetypes
- Enneagram test
- Life Path Number
- Zodiac signs dates
- Chinese zodiac animals
- Balinese calendar Pawukon
- Feng Shui 2024
