Penelitian yang dilakukan di Sekolah Pemasyarakatan Khusus Anak di Terengganu ini mengungkap, tingkat depresi turun 0,76 poin, kecemasan berkurang 1,46 poin, dan stres menurun 0,79 poin. Data tersebut diukur menggunakan kuesioner Depression, Anxiety, and Stress Scale (DASS-21) sebelum dan setelah program.

"Perubahan ini secara statistik signifikan dan membuktikan efektivitas pendekatan psikospiritual dalam menangani masalah kesehatan mental remaja," ujar Dr. Hamizah Muhammad, ketua tim peneliti dari Universiti Teknologi MARA.

Program yang berjalan selama 12 sesi ini mengintegrasikan berbagai pendekatan, termasuk terapi kesadaran hati, refleksi tujuan hidup, dan pengembangan sikap positif. Aktivitas spiritual seperti zikir, doa, dan pemurnian jiwa menjadi komponen utama dalam intervensi ini.

Menurut data Kepolisian Kerajaan Malaysia, meskipun angka kenakalan remaja sempat menurun selama pandemi, jumlah kasus yang tercatat masih dalam tingkat mengkhawatirkan. Fenomena ini mendorong para ahli untuk mencari alternatif penanganan yang lebih komprehensif.

"Pendekatan psikospiritual tidak hanya menyembuhkan, tetapi juga membangun ketahanan mental remaja. Ini penting untuk mencegah pengulangan perilaku menyimpang di masa depan," tambah Dr. Nor Shakirah Mohd Sakari, salah satu anggota tim peneliti.

Kendati menunjukkan hasil positif, penelitian ini mengakui keterbatasan dalam hal tidak adanya kelompok pembanding dan pengukuran jangka panjang. Para peneliti merekomendasikan studi lanjutan dengan pendekatan longitudinal untuk memastikan efek berkelanjutan dari program ini.

Program psikospiritual diharapkan dapat diadopsi lebih luas di lembaga pemasyarakatan anak dan komunitas sebagai bagian dari upaya preventif dan kuratif dalam menangani masalah kesehatan mental remaja.