Konsep tentang "roh" sebagai prinsip vital yang menghidupkan makhluk hidup telah ada sejak peradaban kuno. Meski sering disamakan dengan "jiwa", dalam banyak tradisi, roh dipandang sebagai kekuatan atau esensi dasar kehidupan yang lebih halus, sementara jiwa lebih terkait dengan kesadaran dan kepribadian individu.

Asal-usul Kata: Dari Napas Menjadi Kehidupan

Kata "spirit" atau roh dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin spīritus, yang awalnya berarti "napas" atau "nafas". Akar kata ini sama dengan kata dalam bahasa Yunani pneuma dan bahasa Ibrani ruach, yang juga berarti "angin" atau "napas". Keterkaitan ini menunjukkan bahwa sejak dahulu, manusia mengaitkan napas—tanda paling nyata dari kehidupan—dengan suatu kekuatan tak kasat mata yang memberi kehidupan.

Beragam Perspektif dari Seluruh Dunia

1. Yunani Kuno: Filsafat dan kedokteran Yunani melihat pneuma sebagai kekuatan pemberi hidup. Kaum Stoa bahkan menganggapnya sebagai kekuatan yang merasuki segala sesuatu, sering disamakan dengan Tuhan.

2. Kekristenan: Dalam Perjanjian Baru, pneuma sering merujuk pada Roh Kudus. Namun, penafsiran tentang "roh" bervariasi. Christian Science, misalnya, menyebut "Roh" sebagai salah satu sinonim untuk Tuhan. Sementara itu, Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir (Mormon) mengajarkan bahwa roh adalah materi yang "lebih halus atau murni", bukan sesuatu yang immaterial.

3. Budaya Tiongkok: Konsep Qi (atau Chi) adalah fondasi dalam filsafat dan pengobatan tradisional Tiongkok. Qi dipandang sebagai energi vital atau kekuatan hidup yang mengalir melalui semua makhluk hidup dan alam semesta.

4. Islam: Dalam terminologi Islam, Rūḥ adalah istilah yang khusus untuk roh murni yang ditiupkan oleh Allah kepada manusia. Konsep ini dibedakan dari makhluk gaib lainnya seperti jin dan malaikat.

5. Animisme: Banyak agama tradisional, seperti Shinto di Jepang, mempercayai adanya roh (kami) dalam elemen alam seperti tanaman, gunung, dan sungai. Roh-roh ini diyakini mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

6. Perspektif Abad ke-17: Bahkan pada era ilmiah awal, tokoh seperti William Harvey dan René Descartes masih berspekulasi tentang adanya "roh vital" atau "kekuatan vital" di dalam tubuh yang menggerakkan seluruh fungsi biologis, mirip dengan mesin penggerak.

Roh, Kematian, dan Alam Gaib

Konsep roh sering kali dikaitkan dengan kehidupan setelah kematian. Banyak sistem kepercayaan meyakini bahwa roh terpisah dari tubuh saat kematian dan dapat terus eksis. Manifestasinya beragam, mulai dari menjadi arwah leluhur yang dilindungi, hingga muncul sebagai hantu atau penampakan bagi orang yang masih hidup.

Peneliti psikis awal seperti James H. Hyslop mendefinisikan "roh" sebagai "aliran kesadaran pribadi" yang tetap ada, yang menjadi subjek investigasi dalam studi fenomena paranormal.

Kesimpulan

Dari napas yang menjadi dasar etimologi, hingga konsep energi vital seperti Qi dan Pneuma, pemahaman tentang "roh" mencerminkan upaya umat manusia untuk menjabarkan kekuatan tak kasat mata yang menjadi sumber kehidupan. Meski definisi dan penekanannya berbeda-beda di setiap budaya dan agama, konsep ini secara universal menandai pencarian makna akan kehidupan, kematian, dan kemungkinan adanya realitas yang melampaui dunia fisik.